29/10/2016

Nirwan Yahman Manurung
Laki laki yang aku cintai selama ini dari lebih hingga kurangnya
Laki laki yang aku hormati sama seperti aku menghormati bapakku sendiri
Laki laki yang bisa mencerna kata kataku satu demi satu
Laki laki yang mencintai aku sama seperti mencintai ibunya sendiri
Laki laki nomor 1 yang melindungi dr ujung kepala sampai kakiku
Laki laki yang hafal dimana letak letak koreng di kakiku
Laki laki pertama yang aku bawa ke makam bapakku
Laki laki pertama yang sudah makan semeja dengan ibuku
Laki laki pertama yang sudah berjabat tangan dengan keluarga besarku
Laki laki yang sekarang sudah pergi meninggalkan aku.

Aku belajar banyak dari detik demi detik yang kita lalui
Aku belajar bagaimana arti sabar itu
Aku belajar bagaimana menakhlukan orang sekeras kamu
Aku belajar bagaimana mencintai orang dengan ketulusan
Aku belajar betapa beratnya bertahan demi cinta.

Aku mengubur segala hal negatif dari hubungan kita.
Aku menanam kembali segala hal positif dari kita.
Aku memupuknya, menyirami hingga tumbuh besar lalu menguatkan hubungan kita.
Aku menjalani hari demi hari sama kamu, dari senyum bahagia, tertawa bersama hingga pertengkaran, debat hebat, tangis tiada henti dengan tulus ikhlas sama kamu.

Percakapan aku dengan mama semalam lebih intim dari biasanya
Kami menghabiskan pulsa ini dengan menangis bersama
Beliau menangisi aku yang menangis karena kehilangan kamu
Beliau menangisi aku yang tidak sekuat biasanya.
Aku minta maaf sama mama, segala harapan besar mama harus diikhlaskan mulai tadi malam. Aku sudah berusaha jadi perempuan sebaik baiknya buat kamu dan keluarga mama.
Perkataan mama yang membuat aku berat menutup telfon,
"Nak, mama baru kali ini bercerita banyak sama orang lain, mama cuma bisa cerita sama orang yang mama sayangi dan mama percaya, mama sudah menganggap Anda menantu mama. Pilihan baik Anda bercerita sama mama, karna mamalah yang paling dekat sama abang. Sekarang Anda pulang, makan dan jaga kesehatan besok masih lembur. Jangan terlalu dipikirkan ya nak"

Aku tau kamu sudah nggak mau dengar suaraku lagi, aku tau sudah tidak ada sisa sedikitpun aku buat kamu. Aku sepengecut ini untuk tidak menemui kamu lalu menulis blog ini. Berharap nanti kamu mau membacanya entah sampai selesai atau tidak.
Maaf untuk segala hal menyakitkan.
Kamu boleh marah entah sampai kapan.
Dan aku akan terus berusaha untuk belajar jadi orang yang lebih baik lagi karena kamu.

Terimakasih buat segala hal yang kamu lakukan.
Aku menghargai dari hal yang mungkin gabisa kamu lihat sampai hal yang tertampang jelas.
Terimakasih untuk semua senyum kecil,tawaan tiada henti, hingga tangisan selama beberapa bulan ini.
Terimakasih sudah sempat menggantikan peran bapak yang gabisa aku dapatkan lagi.
Aku sayang sama kamu.




Andayatrie Pratitis.

Postingan populer dari blog ini

Senja Sebenarnya

Nineteen of My September

Menolak Tua