Aku Mencintaimu, Bapak

Kesedihanku menumpuk pagi ini. Baru saja aku merencanakan ini itu untuk panti ini, ternyata orang terdekatku menentangku. Katanya, buat apa aku mengajarkan ini itu sedangkan nilai kuliahku blm mencapai A. Buat apa aku memberi materi sedangkan aku bekerja aja belum, semua masih tergantung orang tua. Hati dan jiwaku hilang seketika. Ada benarnya, rasanya nggak pantes ngajarin baca tulis sedangkan nilaiku masih pas pas an. Rasanya malu kalo kasih uang dengan tanganku tapi yg mendapatkan orang tua.
Kedekatan kami bukan tentang materi, atau rupiah rupiah yang aku sumbangkan. Aku mencintai mereka memakai hati, sama seperti aku menyayangi orang orang terdekatku.
Bapak, cobalah ikut denganku, menyambangi mereka lalu membuat cerita baru sama sepertiku. Tingkah, ucapan mereka alasan aku tertawa disana. Mereka adalah kebahagiaanku yg lain. Kebahagiaan yg tidak bisa aku dapat didalam rumah.

Bapak, aku nggak pernah menuntut ini itu. Aku nggak pengen ijin pulang larut malam. Sekali aja, dukung apa yang aku lakuin. Aku sayang Bapak. Aku sayang Bapak lebih dari mereka. Mereka yg menjadi keluarga keduaku sekarang.

Postingan populer dari blog ini

Senja Sebenarnya

Nineteen of My September

Menolak Tua