Seharusnya aku berada dibalik mukena. Berbicara pada Tuhan apa yang menjadi beban. Mengurai satu demi satu apa yg dirasa. Meminta untuk diringankan. Lalu menangis sampai semua terasa hilang.
Aku tidak bisa. Mengambil air wudhupun aku tak bisa.
Baru kemarin aku bilang aku sedang mencoba kembali lagi dijalanmu, ini itu terjadi, cobaan yang menumpuk jadi satu.
Tuhan, rumah Mu begitu dekat dengan rumahku, tapi aku suka lupa mengunjungi Mu.
Tuhan, aku tidak bisa menghadap Mu dengan mukena bersih, bersujud dihadap Mu, tapi setiap kata yang aku tulis disini semua adalah menjadi koreksi Mu.

Postingan populer dari blog ini

Senja Sebenarnya

Nineteen of My September

Menolak Tua